~PERMASALAHAN DAN PENYELESAIANNYA~
MUHASABAH : mereka tidak tahu mereka bermasalah
Masalah utama yang inginkan saya tegaskan di sini ialah MASALAH UTAMA BAGI ORANG BERMASALAH IALAH MEREKA TIDAK TAHU BAHAWA MEREKA SEDANG BERMASALAH.
...
Dr Yusuf Al Qardawi telah berkata:
“Kita boleh berterus terang dalam masalah ini (kepincangan umat) dengan menegaskan bahawa kepincangan yang berlaku itu adalah berpunca dari dalam diri kita yang suka mementingkan diri sendiri dan meletakkan kesalahan di atas bahu orang lain, bagai pepatah; kuman di seberang laut nampak, gajah di bibir mata tidak nampak”
Di dalam kita muhasabah diri, Syed Sabiq telah menyediakan satu senarai lengkap untuk menjadi senarai semak untuk kita semua membaiki diri iaitu :
1. Lemah jiwa
2. Mudah putus asa
3. Putus harapan
4. Angkuh
5. Gembira tidak terbatas
6. Ujub (Kagum dengan diri sendiri)
7. Megah
8. Zalim (aniaya)
9. Girang
10. Ingkar kepada kebenaran
11. Tidak tahu berterima kasih (bersyukur)
12. Tergesa-gesa
13. Sempit dada (sempit fikiran)
14. Kurang panjang akal
15. Kikir (kedekut) untuk berbuat baik
16. Bakhil pada harta
17. Tamak haloba
18. Suka membantah
19. Suka menunjuk-nunjuk
20. Bimbang kepada kebenaran
21. Ragu-ragu kepada petunjuk
22. Bodoh
23. Lalai kepada kekurangan diri
24. Suka berkeras sewaktu berdebat
25. Tertipu dengan perasaan diri sendiri
26. Berpura-pura
27. Gelisah
28. Keluh kesah
29. Tidak suka menolong
30. Lari dari kebenaran
31. Menentang kekuasaan Tuhan
32. Derhaka
33. Melampaui batas
34. Cinta harta
35. Terpesona dengan keduniaan.
Marilah kita menginsafi diri bahawa keupayaan orang-orang kafir untuk menguasai kita dan kehinaan kita di tangan mereka pada setiap keadaan adalah merupakan bentuk seksa dari Allah kepada kita kerana kita tidak tahu menghargai nikmat Islam yang Allah berikan kepada kita. Berapa banyak hak Allah yang tidak kita tunaikan.
Insaflah bahawa siapa yang mempunyai sesuatu yang lebih disayangi dan dicintai daripada Allah, maka ini menandakan hatinya sedang sakit.
Hanya dengan mengatakan aku pasti ........... tanpa mengucapkan Insya Allah sudah cukup berdosa dan menyebabkan musibah dari Allah seperti hadis Nabi saw berikut :
Al Bayan: 951 - Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Nabi Sulaiman a.s memiliki seramai enam puluh orang isteri. Suatu ketika dia pernah berkata, malam ini aku pasti akan menggauli semua isteriku, sehingga kesemua daripada mereka akan mengandung dan melahirkan seorang anak lelaki yang hebat dalam menunggang kuda (tentera berkuda) untuk berjihad di jalan Allah. Ternyata mereka semua tidak mengandung kecuali seorang sahaja itupun hanya melahirkan anak yang cacat. Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda: Sekiranya Nabi Sulaiman a.s mengecualikan (berkata Insya Allah) maka setiap daripada mereka akan melahirkan seorang anak lelaki yang hebat dalam menunggang kuda untuk berjihad di jalan Allah.
Muhasabahlah diri dan bertaubatlah!!
Firman Allah dalam An Nisaak: 110.
Dan sesiapa yang melakukan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri (dengan melakukan maksiat) kemudian dia memohon ampun kepada Allah, nescaya dia akan mendapati Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
Juga dalam Yunus: 27.
Dan untuk orang-orang yang melakukan kejahatan (syirik dan maksiat), balasan tiap-tiap satu kejahatan mereka ialah kejahatan yang sebanding(setimpal) dengannya serta akan ditimpakan kehinaan; tiadalah bagi mereka pelindung dari (seksa) Allah; muka mereka (hitam legam) seolah-olahnya ditutup dengan beberapa bahagian (yang gelap-gelita) dari malam yang gelap-gelita. Mereka itulah ahli Neraka, mereka kekal di dalamnya.
Allah menimpakan bala musibah yang sebanding atau setimpal dengan perbuatan jahat/ maksiat yang dilakukan oleh manusia.
Firman Allah lagi dalam An Nisaak: 79-
Apa jua kebaikan (nikmat kesenangan) yang engkau dapati maka ia adalah dari Allah dan apa jua bencana yang menimpamu maka ia adalah dari (kesalahan) dirimu sendiri dan Kami telah mengutus engkau (wahai Muhammad) kepada seluruh umat manusia sebagai seorang Rasul (yang membawa rahmat) dan cukuplah Allah menjadi saksi (yang membuktikan kebenaran hakikat ini).
Ghaafir: 75- (Lalu dikatakan kepada mereka setelah ditimpakan dengan azab seksa): Balasan buruk yang demikian ini disebabkan kamu dahulu bersukaria di muka bumi dengan cara yang salah (pada hukum Tuhan) dan disebabkan kamu bersenang lenang dan bermegah-megah dengan berleluasa.
Sesungguhnya Allah maha Pengampun sebagaimana dinyatakan Nabi dalam Al Bayan: 570 –
Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Seandainya anak Adam mempunyai dua lembah harta tentu dia masih menginginkan yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut anak Adam hanyalah tanah-tanah (kuburnya) dan Allah tetap menerima taubat orang yang ingin bertaubat
Al Bayan:1513 Diriwayatkan daripada Abdullah bin Mas'ud r.a katanya: Aku menemui Rasulullah s.a.w ketika baginda dalam keadaan tidak sihat. Aku menggosok baginda dengan tanganku. Aku katakan kepada baginda: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya engkau benar-benar tidak sihat. Rasulullah s.a.w bersabda: Memanglah, apa yang aku alami sekarang ini adalah sama seperti yang di alami oleh dua orang di antara kamu. Aku berkata: Kalau begitu engkau beroleh dua pahala sekaligus. Rasulullah s.a.w bersabda: Benar. Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda lagi: Setiap orang muslim yang ditimpa musibah atau sakit dan sebagainya, maka Allah akan mengampunkan kesalahan-kesalahan dari sakitnya, sebagaimana daun yang gugur dari pokoknya
Jadi marilah kita bersama-sama melakukan:
ISTIQAMAH DI JALAN ALLAH
Dari Sufyan bin Abdullah al-Tsaqafy, ia berkata; Aku pernah bertanya; Wahai Rasulullah! Beritahukanlah kepadaku satu ucapan dalam Islam yang tidak akan kutanyakan lagi kepada selainmu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi waSalam bersabda,” Ucapkanlah; Aku beriman kepada Allah , lalu Istiqamahlah”. (HR.Muslim).
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang memerintah untuk istiqamah, di antaranya adalah firman Allah ,” Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan:"Rabb kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. 46:13). Baca juga surat Fushshilat:6, & 30-32, Hud: 112,al-Jin: 16,al-An’am: 153, Ali Imran: 101 dan lainnya.
Adapun hadits Rasulullah yang memerintahkan untuk istiqamah adalah hadits di atas. Imam Nawawi dalam mengomentari hadits tersebut mengatakan bahwa hadits ini adalah salah satu hadits yang menjadi landasan ajaran Islam. DR. Mushthafa al-Buga dalam kitabnya al-Waafi ketika menjelaskan hadits ini menyebutkan pentingnya istiqamah hati, karena inilah landasan dari sikap istiqamah itu. Istiqamah hati dalam bertauhid kepada Allah dengan cara takut, mengharap, tawakkal dan beribadah kepada-Nya serta meninggalkan selain Allah . apabila hati bias istiqamah dalam kebaikan maka anggota tubuh yang lain akan mengikutinya, sebagaimana sabda Rasulullah:
Artinya, “Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya dan jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ketahuilah ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Ba syiir)
Hati adalah sumber kebaikan dan keburukan seseorang. Bila hati penuh dengan ketaatan kepada Allah, maka perilaku seseorang akan penuh dengan kebaikan. Sebaliknya, bila hati penuh dengan syahwat dan hawa nafsu, maka yang akan muncul dalam perilaku adalah keburukan dan kemaksiatan. Keburukan dan kemaksiatan ini bisa datang karena hati seseorang dalam keadaan lengah dari dzikir kepada Allah. Ibnul Qoyyim al-Jauziyah berkata, "Apabila hati seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan serta merta akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat keburukan. Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada masuknya angin ke dalam sebuah ruangan."Oleh karena itu hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga dari pengaruh setan ini. Iaitu, dengan senantiasa berada dalam sikap taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Upaya inilah yang disebut dengan Istiqamah.
Imam al-Qurtubi berkata, "Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan." Lebih lanjut beliau mengatakan, "Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa.
Ada banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini. Di antaranya:
Pertama, meletakkan cinta kepada Allah di atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.
Kedua, membesarkan perintah dan larangan Allah. Membesarkan perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan dan mengagungkan pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah. Membesarkan perintah Allah di antaranya adalah dengan menjaga waktu salat, melakukannya dengan khusyu, memeriksa rukun dan kesempurnaannya serta melakukannya secara berjamaah.
Ketiga, senantiasa berzikir kepada Allah karena itulah perintah Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang disebutkan dalam hadis qudsi Allah berfirman, "Barangsiapa yang mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingat-Nya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam keramaian, maka Aku akan mengingat-Nya dalam keramaian yang lebih baik darinya." (HR Bukhari).
Keempat, Mempelajari kisah orang-orang soleh terdahulu. Hal ini diharapkan agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana kesabaran mereka ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam bersikap, dan keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan.Sebagaimana firman Allah , " Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. 12:111).
Akhirnya marilah senantiasa kita berdoa kepada Allah Dia memberikan kita keistiqamahan hati di dalam agama-Nya sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah seperti yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi beliau berdoa: ketika ditanya oleh Ummu Salamah kenapa begitu sering mengucapkan doa tersebut, Beliau menjawab; Wahai Ummu Salamah ! sesungguhnya tidak ada satupun anak Adam kecuali hatinya berada diantara jari-jari Allah . Kalau Dia Berkehendak untuk menjadikannya istiqamah ia jadikan, dan barangsiapa yang dikehendaki untuk menyeleweng Diapun berkuasa.Kemudian Rasulullah membaca ayat: Artinya,” Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)" (QS. 3:8).
No comments:
Post a Comment